ARTIKEL PEMBANGUNAN & PERTUMBUHAN EKONOMI

ARTIKEL

Pembangunan Ekonomi Di Indonesia
salah satu masalah ekonomi di indonesia yang sering kita jumpai adalah pengangguran yang tiap tahun semakin meningkat.

Penyebab Pengangguran

Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlahlapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalamperekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.

Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.

Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dankeluarganya.

Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik, keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara.

Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah “pengangguran terselubung” di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.

Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.

Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah “pengangguran terselubung” di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.

Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai: perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makroekonomi dalam jangka panjang. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan sesuatu negara untuk menghasilkan barang dan jasabarang faktor produksi akan selalu mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi akan menambah jumlah barang modal. Teknologi yang digunakan berkembang. Disamping itu tenaga kerja bertambah sebagai akibat perkembangan penduduk, dan pengalaman kerja dan pendidikan menambah ketrampilan mereka.
Perkembangan kemampuan memproduksi barang dan jasa sebagai akibat pertambahan faktor-faktor produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa yang sama besarnya. Pertambahan potensi memproduksi kerap kali lebih besar dari pertambahan produksi yang sebenarnya. Dengan demikian perkembangan ekonomi adalah adalah lebih lambat dari potensinya.
Sukirno, Sadono. 2004. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik

Teori ini dikemukakan oleh Adam Smith, David Ricardo dan TR. Malthus. Berikut ini akan diuraikan satu per satu.

  1. Adam Smith

Adam Smith adalah ahli ekonomi yang menulis buku “The Wealth of Nation” (kemakmuran suatu negara) yang sangat terkenal. Ia merupakan tokoh yang mengemukakan pentingnya sistem ekonomi liberal (bebas), yakni sistem ekonomi yang bebas dari campur tangan pemerintah yang diperkuat dengan semboyan “Laissez Faire, Laissez Passer”. Adam Smith percaya bahwa dengan menggunakan sistem ekonomi liberal (bebas), pertumbuhan ekonomi dapat dicapai secara maksimum. Pertumbuhan ekonomi bisa dicapai dengan melibatkan dua unsur, yaitu:

  1. Pertumbuhan penduduk.
  2. Pertumbuhan output total.

Selanjutnya, pertumbuhan output yang berupa barang dan jasa dipengaruhi oleh tiga komponen, yaitu sumber-sumber alam, tenaga kerja, jumlah persediaan barang.

Agar terjadi pertumbuhan output, sumber-sumber alam harus dikelola oleh tenaga kerja dengan menggunakan barang modal. Sumber-sumber alam sangat penting untuk menentukan pertumbuhan ekonomi, karena sumbersumber alam merupakan batas maksimum output jika sudah dimanfaatkan secara maksimum. Sumber-sumber alam mencapai batas maksimum apabila telah dikerjakan oleh tenaga kerja yang handal dengan menggunakan barang modal yang cukup.

  1. David Ricardo dan TR Malthus

Pemikiran David Ricardo dan TR Malthus tidak sama dengan Adam Smith. Mereka mengkritik Adam Smith, bila Adam Smith berpendapat bahwa pertumbuhan penduduk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, maka David Ricardo berpendapat bahwa pertumbuhan penduduk yang terlalu besar (hingga 2 kali lipat) bisa menyebabkan melimpahnya tenaga kerja.

Tenaga kerja yang melimpah menyebabkan upah yang diterima menurun, di mana upah tersebut hanya bisa untuk membiayai tingkat hidup minimum (subsistence level). Pada taraf ini, perekonomian mengalami stagnasi (kemandegan) yang disebut Stationary State.

TR Malthus sependapat dengan David Ricardo dan mengemukakan bahwa bahan makanan bertambah menurut deret hitung (1, 2, 3, 4, 5, dan seterusnya), sedangkan penduduk bertambah menurut deret ukur (1, 2, 4, 8, 16 dan seterusnya). Akibatnya, bahan makanan tidak cukup untuk menghidupi penduduk, sehingga masyarakat hidup pada tingkat subsistence dan perekonomian mengalami kemandegan.

Teori Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik

Ada tiga tokoh Neoklasik yang akan dibahas, yakni Robert Slow, Harrod Domar serta Joseph Schumpeter.

  1. Robert Solow

Robert Solow adalah ahli ekonomi yang memenangkan hadiah nobel pada tahun 1987. Solow berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi akan tercapai jika ada pertumbuhan output. Pertumbuhan output terjadi jika dua faktor input, yakni modal dan tenaga kerja dikombinasikan, sedangkan faktor teknologi dianggap konstan (tidak berubah). Adapun yang tergolong sebagai modal adalah bahan baku, mesin, peralatan, komputer, bangunan dan uang. Dalam memproduksi output, faktor modal dan tenaga kerja bias dikombinasikan dalam berbagai model kombinasi. Sehingga, bisa dituliskan dalam rumus sebagai berikut:

Q = f (C.L)

Keterangan:
Q = Jumlah output yang dihasilkan
f = Fungsi
C = Capital (modal sebagai input)
L = Labour (tenaga kerja, sebagai input)

Rumus di atas menyatakan bahwa output (Q) merupakan fungsi dari modal (C) dan tenaga kerja (L). Ini berarti tinggi rendahnya output tergantung pada cara mengombinasikan modal dan tenaga kerja.

  1. Harrod dan Domar

Harrod dan Domar mengemukakan perlunya pembentukan modal sebagai syarat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang mantap (steady growth). Menurut mereka, bila pembentukan modal telah dilakukan pada suatu masa, maka pada masa berikutnya perekonomian akan sanggup memproduksi barang-barang dalam jumlah lebih besar. Keinginan masyarakat dalam pembentukan modal (berinvestasi) ditentukan oleh permintaan agregat (keseluruhan) dari masyarakat dan oleh MEC (Marginal Efficiency of Capital), yakni perbandingan antara pertambahan modal terhadap pertambahan output.

  1. Joseph Schumpeter

Menurut Joseph Schumpeter pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada inovasi dari para pengusaha (wiraswasta). Dalam hal ini, inovasi merupakan penerapan pengetahuan dan teknologi yang baru di dunia usaha. Inovasi memiliki pengaruh sebagai berikut:

  1. Diperkenalkannya teknologi baru.
  2. Menimbulkan keuntungan yang lebih tinggi.
  3. Menimbulkan imitasi inovasi, yaitu peniruan teknologi baru oleh pengusaha-pengusaha lain yang dapat meningkatkan hasil produksi

Faktor-faktor pembangunan ekonomi

Sumber daya alam yang dimiliki memengaruhi pembangunan ekonomi.

Ada beberapa faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, namun pada hakikatnya faktor-faktor tersebut dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu faktor ekonomi dan faktor nonekonomi.

Faktor ekonomi yang memengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi diantaranya adalah sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal, dan keahlian atau kewirausahaan.

Sumber daya alam, yang meliputi tanah dan kekayaan alam seperti kesuburan tanah, keadaan iklim/cuaca, hasil hutan, tambang, dan hasil laut, sangat memengaruhi pertumbuhan industri suatu negara, terutama dalam hal penyediaan bahan baku produksi. Sementara itu, keahlian dan kewirausahaan dibutuhkan untuk mengolah bahan mentah dari alam, menjadi sesuatu yang memiliki nilai lebih tinggi (disebut juga sebagai proses produksi).

Sumber daya manusia juga menentukan keberhasilan pembangunan nasional melalui jumlah dan kualitas penduduk. Jumlah penduduk yang besar merupakan pasar potensial untuk memasarkan hasil-hasil produksi, sementara kualitas penduduk menentukan seberapa besar produktivitas yang ada.

Sementara itu, sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah bahan mentah tersebut. Pembentukan modal dan investasi ditujukan untuk menggali dan mengolah kekayaan. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.

Faktor nonekonomi mencakup kondisi sosial kultur yang ada di masyarakat, keadaan politik, kelembagaan, dan sistem yang berkembang dan berlaku.

Pembangunan ekonomi

  • Merupakan proses perubahan yang terus menerus menuju perbaikan termasuk usaha meningkatkan produk per kapita.
  • Memperhatikan pemerataan pendapatan termasuk pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya.
  • Memperhatikan pertambahan penduduk.
  • Meningkatkan taraf hidup masyarakat.
  • Pembangunan ekonomi selalu dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi.
  • Setiap input selain menghasilkan output yang lebih banyak juga terjadi perubahan – perubahan kelembagaan dan pengetahuan teknik.

Indikator merupakan sumber informasi yang sistematik serta obyektif yang hampir setiap hari beberapa surat kabar menulis statistic yang baru dikeluarkan oleh pemerintah. Indicator adalah sebuah instrument yang menunjukkan keterkaitan berbagai hal. Pemerintah misalnya, secara regular mensurvei rumah tangga ataupun perusahaan untuk mempelajari aktivitas dan dampak kegiatan mereka terhadap kesejahteraannya. Tanpa adanya indicator-indikator ini, pola atau gejala yang sedang terjadi serta pengaruhnya akan sulit diketahui secara pasti. Indikator yang diperoleh secara survey oleh pemerintah ataupun lembaga yang berkepentingan digunakan sebagai tolak ukur untuk mengawasi dan merumuskan suatu kebijakan. Dapat disimpulkan bahwa indicator pembangunan ekonomi adalah suatu instrument untuk mengetahui derajat pembangunan yang dilakukan oleh suatu Negara yang meliputi beberapa aspek.

Adapun pentingnya indicator-indikator pembangunan ekonomi adalah sebagai berikut :

  1. Memantau perilaku perekonomian
  2. Kepentingan analisis ekonomi
  3. Dasar pengambilan keputusan
  4. Dasar perbandingan internasional

Pembangunan Ekonomi memiliki tiga Indikator pokok, berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing Indikator Pembangunan Ekonomi :

Indikator Moneter

Indikator ini berkaitan dengan uang. Uang disini berupa tingkat income yang diterima oleh masyarakat. Dalam indicator moneter, ada beberapa indicator yang dapat diukur, yakni :

Indikator Non-Moneter

Indikator ini merupakan indicator yang diambil dari beberapa hal pokok yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat. Sama halnya dengan indicator sebelumnya, Indikator memiliki beberapa macam-macam sub- Indikator. Berikut ini adalah uraiannya.

  1. Indikator Sosial

Ahli Pembangunan Ekonomi yang bernama Beckerman membedakan berbagai penelitian tentang cara-cara membandingkan tingkat kesejahteraan dalam 3 kelompok.

Kelompok pertama, merupakan suatu usaha untuk membandingkan tingkat kesejahteraan yang terjadi dalam masyarakat yang ada di dalam dua atau beberapa Negara dengan cara memperbaiki pelaksanaan dalam perhitungan pendapatan nasional biasa. Usaha ini dipelopori oleh Colin Clark yang selanjutnya disempurnakan oleh Gilbert dan Kravis.

Kelompok kedua, dengan usaha membuat penyesuaian dalam pendapatan masyarakat yang dibandingkan dengan melihat pertimbangan perbedaan tingkat harga disetiap Negara.

Kelompok ketiga, adalah usaha untuk membuat perbandingan tingkat kesejahteraan dari setiap Negara berdasarkan pada data yang tidak bersifat moneter seperti, jumlah kendaraan bermotor, konsumsi minyak, jumlah penduduk yang mengenyam pendidikan, dan usaha ini dipelopori oleh tokoh yang bernama Bennet.

Menurut Beckerman, dari tiga cara diatas, cara yang dirasa paling tepat adalah cara yang dilakukan oleh Gilbert dan Kravis. Cara ini merupakan usaha untuk membandingkan tingkat kesejahteraan dan pembangunan di berbagai Negara dengan memperbaiki metode pembanding dengan menggunakan data pendapatan nasional dari masing-masing Negara.

Indikator Campuran

  1. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu indicator yang digunakan dalam mengukur pembangunan ekonomi suatu Negara. Pada umumnya, dalam Negara maju tingkat pendidikan rata-rata tinggi dengan TPAK dari tahun ketahun selalu meningkat. Negara maju sangat memperhatikan tingkat pendidikan para penduduknya. Berbeda dengan Negara sedang berkembang, pendidikan di NSB masih rendah jika dibandingkan Negara maju. Terbukti tingkat melek huruf dan TPAk serta angka partisipasi sekolah masih rendah. Sehingga, dari perbandingan tersebut, indicator yang dapat diukur dalam pendidikan yakni ; tingkat pendidikan, tingkat melek huruf, dan tingkat partisipasi pendidikan.

2.Kesehatan

Kesehatan merupakan hak asasi yang harus dipenuhi demi keberlangsungannya kehidupan bermasyarakat. Indikator tingkat kesehatan dapat dilihat dari rata-rata hari sakit dan ketersediaannya fasilitas kesehatan. Ketika terpenuhinya pembangunan ekonomi berupa kesejahteraan dalam bidang kesehatan, dapat dilihat dari beberapa indikasi berupa tingkat mortalitas yang rendah, angka pertumbuhan penduduk yang tinggi, dan angka harapan hidup yang tinggi.

3.Perumahan

Rumah merupakan kebutuhan primer yang harus terpenuhi oleh masing-masing penduduk.  Indicator perumahan yang sesuai dengan tujuan kesejahteraan penduduk yakni sumber air bersih dan listrik, sanitasi, dan mutu rumah tinggal.

4.Angkatan Kerja

Penduduk yang dikatakan angkatan kerja adalah orang yang telah berumur 15-64 tahun. Angkatan kerja ini juga dibagi lagi menjadi dua yakni bekerja dan sedang mencari pekerjaan (Menganggur). Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kesejahteraan angkatan kerja adalah, partisipasi tenaga kerja, jumlah jam kerja, sumber penghasilan utama, dan status pekerjaan.

  1. KB dan Fertilitas

Indikator yang dapat digunakan yakni, penggunaan asi, tingkat imunisasi, kehadiran tenaga kesehatan pada kelahiran, dan penggunaan alat kontrasepsi.

  1. Ekonomi

Pembangunan ekonomi pada dasarnya di ikuti dengan pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi, kita dapat melihat Indikator ekonomi itu sendiri, yakni tingkat pendapatan dan konsumsi per kapita.

     7.Kriminalitas

Pada dasarnya Negara maju memiliki tingkat kriminalitas yang rendah, hal ini disebabkan sudah lengkapnya alat keamanan Negara yang digunakan oleh Negara tersebut.  Hal ini berbeda dengan keadaan di Negara sedang berkembang. Di NSB, banyak terjadi kriminalitas yang disebabkan beberapa factor seperti adanya cultural shock, ketidak mampuan dalam memenuhi kebutuhan, dan adanya kepentingan dari suatu pihan. Indicator kriminalitas itu sendiri diantaranya adalah, jumlah pencurian per tahun, jumlah pembunuhan per tahun, dan jumlah pemerkosaan per tahun.

       8.Perjalanan Wisata

Indikatornya adalah frekuensi perjalanan wisata per tahun.

     9.Akses Media Massa

Akses media bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi dalam masyarakat itu sendiri. Indikatornya antara lain : jumlah surat kabar, jumlah radio, dan jumlah televisi.

http://alviescoot.blogspot.com/2014/09/artikel-pembangunan-pertumbuhan-ekonomi.html

Artikel Ekonomi Tentang Pengertian Pembangunan Ekonomi

Apa yang dimaksud pembangunan ekonomi? Pembangunan ekonomi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh suatu negara guna mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakat. Pembangunan ekonomi juga bisa diartikan sebagai proses multidimensional yang menjadikan pendapatan per kapita dalam suatu negara mengalami peningkatan dalam jangka panjang. Pembangunan ekonomi memiliki 4 sifat penting, yakni ekonomi berlangsung dalam jangka waktu panjang, berupaya meningkatkan GNP per kapita, menyebabkan perubahan sosial, dan suatu proses perubahan secara terus-menerus. Sejumlah ekonom membedakan pengertian pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi.

Menurut beberapa ekonom, istilah pembangunan ekonomi yaitu:

  1. perkembangan GDP/GNP yang terjadi pada suatu negara yang diikuti oleh adanya modernisasi dan perombakan struktur ekonominya, atau
  2. peningkatan pendapatan perkapita masyarakat yaitu tingkat pertambahan GDP/GNP dalam suatu tahun tertentu melebihi tungkat pertumbuhan penduduk.

Sedangkan pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan GDP dengan tidak melihat apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil daripada pertumbuhan penduduk. Di samping itu, juga tidak melihat ada atau tidaknya perubahan pada struktur ekonomi dan nonekonomi.

Kriteria keberhasilan dari pembangunan ekonomi antara lain: pendapatan per kapita, pendapatan nasional, kesempatan kerja, peran sektor industri dan jasa, distribusi pendapatan, neraca pembayaran luar negeri, dan stabilitas ekonomi. Pembangunan ekonomi pada umumnya ditujukan untuk mencapai target sebagai berikut ini.

  1. Meingingkatkan pendapatan dan penyediaan lapangan pekerjaan.
    b. Memperluas jangkauan pemulihan ekonomi dan sosial untuk masing-masing individu.
    c. Meningkatkan taraf hidup penduduk.
    d. Meningkatkan ketersediaan barang-barang kebutuhan primer, seperti pangan, papan, sandang, perlindungan, dan kesehatan.
    e. Meningkatkan pendidikan yang lebih aik, sehingga bisa memperbaiki kesejahteraan material dan memunculkan rasa percaya diri sebagai individu dan sebagai suatu bangsa.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pertumbuhan ekonomi:

  1. Sumber daya alam atau disingkat SDA (minyak bumi, mineral aneka barang tambang, kesuburan tanah, kekayaan hasil lautan, hutan, dan lain-lain.
  2. Sumber daya manusia atau yang disingkat SDM.
  3. Modal dan teknologi.

Faktor budaya (saling tolong-menolong dan pola hidup hemat).

Kesimpulan :
Kita dapat mengetahu apa dari pembanguna ekonomi. Pembangunan ekonomi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh suatu negara guna mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakat. Pembangunan ekonomi juga bisa diartikan sebagai proses multidimensional yang menjadikan pendapatan per kapita dalam suatu negara mengalami peningkatan dalam jangka panjang.
Pembangunan ekonomi pada umumnya ditujukan untuk mencapai target sebagai berikut ini.
a. Meingingkatkan pendapatan dan penyediaan lapangan pekerjaan.
b. Memperluas jangkauan pemulihan ekonomi dan sosial untuk masing-masing individu.
c. Meningkatkan taraf hidup penduduk.
d. Meningkatkan ketersediaan barang-barang kebutuhan primer, seperti pangan, papan, sandang, perlindungan, dan kesehatan.
e. Meningkatkan pendidikan yang lebih aik, sehingga bisa memperbaiki kesejahteraan material dan memunculkan rasa percaya diri sebagai individu dan sebagai suatu bangsa
Sumber – sumber
http://www.ahmasa.com/2013/10/artikel-ekonomi-tentang-pengertian-pembangunan-ekonomi.html

BAHASA?????

Pernahkah kalian berfikir tentang bahasa yang kalian pakai? Bahasa apapun itu, Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa, Bahasa Madura, Bahasa Inggris, dan bahasa-bahasa lain. Dulu, aku tidak pernah memikirkan mengenai hal ini, tentang aku yang tak pernah merasa belajar berbahasa Indonesia tapi begitu lancar dalam penggunaannya, seakan-akan bahasa itu telah kubawa sejak lahir.

Pada dasarnya, bahasa adalah budaya. Budaya yang kita bawa dan dapatkan dari lingkungan sekitar. Seperti ini, aku berbahasa jawa karena memang aku besar dan lahir di kalangan yang keseluruhannya menggunakan Bahasa Jawa. Berbeda lagi jika aku sejak kecil tinggal dan dibesarkan di London oleh kedua orang tuaku, pasti aku tidak akan lagi berbicara bahasa Jawa, kecuali kalau memang aku hanya di perdengarkan Bahasa Jawa oleh kedua orangtuaku. Hal ini berdasarkan pada salah satu teori linguistik dalam Properties of Human Language terutama pada bagian Cultural Transmission, dimana bahasa itu merupakan warisan dari generasi ke generasi. Manusia memperoleh bahasa dari lingkungan sekitarnya, dimanapun mereka tinggal, maka mereka akan berbicara sesuai dengan suara-suara di lingkungan mereka yang terbiasa mereka dengar sejak kecil. Kalaupun seorang bayi itu tinggal di lingkungan para domba, seperti percobaan yang pernah dilakukan oleh seorang Mesir kuno yaitu Psammetichus, dimana ia menaruh dua bayi di lingkungan domba dan para penggembala, setelah dua tahun masa percobaan, bayi-bayi itu (walaupun mereka tinggal di Mesir), tidak mengucapkan satupun kosakata Mesir, akan tetapi mereka memproduksi suara yang mirip dengan domba-domba tempat mereka di besarkan dalam percobaan tersebut. Hal ini jelas sekali bahwa lingkungan adalah sumber utama penggunaan bahasa.

Berbeda dengan pendapat mengenai pemerolehan bahasa secara genetik, dimana dalam teori ini dijelaskan bahwa manusia membawa kemampuan berbahasa yang ia peroleh dari faktor gen orangtuanya sejak ia lahir. Intinya, anak kecil akan secara otomatis bisa berbicara menggunakan bahasa dari orangtuanya, bukan dari lingkungan sekitar. Misalnya begini, seorang anak kecil dari Madura yang lahir dan dibesarkan di Jawa, pada akhirnya ia akan tetap berbahasa Madura, karena ia telah mewarisi gen berbahasa dari orangtuanya yang asli suku Madura tersebut.

Berbeda lagi dengan kejadian seperti ini, “Seorang anak yang mempunyai ayah dari Jawa dan Ibu dari Madura, sejak ia kecil anak itu telah diajari kedua orang tuanya menggunakan bahasa Madura dan Jawa. Jadi disini, tetap saja karena pengaruh lingkungan, bukannya faktor genetik. Kalaupun dari kecil anak itu telah terbiasa mendengarkan Bahasa Arab, ia pasti juga akan menggunakan bahasa Arab tersebut.” Seperti yang telah diketahui bahwa ada masa dalam pemerolehan bahasa yang disebut sebagai masa keemasan seorang anak yang akan sangat mudah untuk menerima bahasa yang ia pelajari, yaitu pada periode 0-13 tahun. Nah, kalau sudah terlewat dari masa ini, anak akan sangat sulit untuk menerima dan mempelajari bahasa baru. Oleh karena itu, ketika kita yang telah berusia lebih dari 13 tahun baru mau belajar bahasa Inggris, kita akan sangat kesulitan, terutama dalam pengucapan kosakata bahasa Inggris. Begitu juga dengan bahasa-bahasa lain.

( post by : ikedewilestari.blogspot.com Repost by: Iis Ariska )

FOKUS KEBIJAKAN LUAR NEGERI: MENGKAJI KEMBALI PEREKONOMIAN LAPANGAN KERJA PADAT KARYA OLEH JASON HICKEL

Picture3

Berita bahwa lapangan kerja padat karya di Romania memproduksi salah satu gaun terkenal yang dikenakan oleh Kate Middleton telah menginspirasi ketertarikan pada etika dan ekonomi dari pengambilan suberdaya dari luar untuk menyediakan tenaga kerja yang sangat murah.Ini adalah kasus terbaru yang terus bertambah jumlahnya dalam Lapangan kerja padat karya  – bahkan di Eropa – dalam beberapa dekade ini. Akan tetapi, bagian yang menjadi masalah adalah bahwa pembela Kate meminta untuk membenarkan tren tersebut, digambarkan oleh argument dari ekonom Amerika. Jeffrey Sachs, penulis buku The End of Poverty (Akhir Dari Kemiskinan), pernah menyatakan bahwa “Kepedulian saya bukan pada lingkungan kerja padat karya yang terlalu banyak, akan tetapi yang terlalu sedikit.” “Demikian pula Paul Krugman telah berpendapat bahwa lapangan kerja padat karya merupakan “gerakan dari jutaan orang dari kemiskinan untuk sesuatu yang masih buruk tetapi tetap secara signifikan lebih baik … [sehingga] pertumbuhan lapangan kerja padat karya  adalah kabar baik yang luar biasa bagi kaum miskin di dunia. Dalam Majalah New York Times artikel berjudul “Dua Pendukung untuk Lapangan Kerja Padat Karya” Nicholas Kristof menjelaskan bahwa ketika ia pertama kali pindah ke Asia dia, “seperti kebanyakan orang Barat,” marah dengan adanya lapangan kerja padat karya , tetapi akhirnya datang untuk menghargai mereka sebagai “tanda dari revolusi industri yang mulai membentuk kembali Asia.” Dia menunjukkan bahwa “pekerja Asia akan terkejut dengan ide konsumen Amerika memboikot mainan tertentu atau pakaian. Cara paling sederhana untuk membantu orang Asia termiskin adalah membeli lebih dari lapangan kerja padat karya .” Argumen-argumen ini semua menyalakan satu ide sederhana yang sering berhasil membunuh kritikus yang tampaknya tak tergoyahkan dengan logika ekonomi nya: Bahwa lapangan kerja padat karya  ada karena orang bersedia mengambil pekerjaan rodi di upah lapangan kerja padat karya . Orang-orang memiliki pilihan di mana mereka pergi bekerja, berpikir berjalan, dan lapangan kerja padat karya  sering menjadi pilihan terbaik di kota – tentunya lebih baik daripada tidak ada pekerjaan sama sekali. Jika lapangan kerja padat karya  tidak ada, maka jutaan orang akan kelaparan di jalanan. Pandangan ini bertumpu pada asumsi bahwa negara-negara yang menarik lapangan kerja padat karya  selalu diisi dengan kumpulan orang miskin yang putus asa untuk upah, kemiskinan yang entah bagaimana merupakan kondisi secara umum. Dalam dunia semacam ini, lapangan kerja padat karya  merupakan sebuah anugerah.

Tapi asumsi ini sepenuhnya kehilangan titik penting tentang kemiskinan. Orang-orang – di Thailand dan Peru, misalnya – hanya memilih pekerjaan lapangan kerja padat karya  karena mereka telah dibuat putus asa dan tidak diberi alternatif untuk mata pencaharian. Jadi itu tidak benar-benar “pilihan” sama sekali. Mereka dipaksa oleh keadaan untuk menjual diri mereka sendiri ke dalam kondisi yang kurang manusiawi. Sosiolog menyebut ini sebagai “kekerasan struktural” pengangguran. Warisan kolonial dan neoliberal yang putus asa yang mendorong orang ke lapangan kerja padat karya  merupakan fenomena sejarah baru-baru ini. Sebagian besar orang di dunia yang disebut “dunia ketiga” dulunya adalah kumpulan para petani yang mampu menafkahi diri mereka sendiri cukup dari hasil tanah mereka, yang mulai berubah setelah akhir abad ke-19 rezim kolonial. Di kebanyakan tempat di Afrika, Asia, dan Amerika Selatan, penjajah awalnya memiliki waktu yang sangat sulit mendapatkan pribumi untuk bekerja di pertambangan, pabrik, dan perkebunan. Untuk mengatasi masalah ini, para petani baik secara paksa diusir dari tanah mereka atau dipungut pajak berat untuk memaksa mereka mencari pekerjaan berupah, hal ini menyebabkan ratusan ribu orang untuk pindah ke kota-kota industri dimana mereka menjadi tentara cadangan yang bersedia mengambil apa pun pekerjaan yang bisa mereka temukan dan siap untuk menawarkan harga yang memiliki upah lebih rendah dari pekerjaan lain. Dalam konteks kolonial, upah standar tidak berdasar pada kondisi netral efisiensi pasar, tetapi hasil dari strategi yang disengaja untuk membuat orang putus asa yang cukup untuk mengambil pekerjaan yang dibayar per sen. Tapi hanya baru-baru ini saja hal-hal buruk mulai terjadi sehingga lapangan kerja padat karya  mulai bermunculan.

Dimulai pada akhir tahun 1970, Bank Dunia, Dana Moneter Internasional, dan kemudian Organisasi Perdagangan Dunia mulai mendorong bentuk-bentuk baru deregulasi pasar – yang dikenal sebagai “program penyesuaian struktural” – pada pemerintahan dunia ketiga, mengharuskan mereka untuk menghentikan subsidi sektor pertanian mereka dan untuk memungkinkan biji-bijian diimpor murah ke pasar mereka. Kebijakan-kebijakan neoliberal membuat lumpuh pertanian skala kecil ke titik keruntuhan dan menciptakan efek kedua yaitu orang dipaksa untuk bermigrasi ke kota untuk bertahan hidup. Hal ini terjadi pada saat yang sama seperti dua penyesuaian struktural lainnya penting. Pertama, tarif perlindungan dagangan secara drastis berkurang, yang memungkinkan perusahaan-perusahaan Barat untuk memindahkan operasi mereka di luar negeri tanpa membayar bea masuk mahal. Kedua, peraturan ketenagakerjaan penting seperti hak-hak penawaran kolektif dan upah minimum yang tinggi dikekang atau dipotong, memberikan perusahaan kekuatan untuk menuntut pemerintah tuan rumah mereka untuk peraturan yang mengurangi pengembalian investasi. Ini menciptakan lingkungan yang ideal untuk perusahaan seperti Nike, Walmart, dan General Motors untuk memindahkan fasilitas produksi mereka ke tempat-tempat di mana mereka lolos dengan membayar pekerja berkali-kali kurang dari negara maju akan pernah memungkinkan. Proses mencari lokasi yang paling dieksploitasi mungkin telah menjadi dikenal sebagai “perlombaan ke bawah” – atau apa yang disebut oleh para ekonom sebagai “Keunggulan komparatif.” Sebuah studi pada tahun 2002 yang dilakukan oleh ekonom Robert Pollin menemukan bahwa ritel harga pakaian di Amerika Serikat akan meningkat dengan hanya 1,8 persen dalam rangka untuk menutupi kenaikan upah 100 persen untuk pekerja di lapangan kerja padat karya  di pabrik-pabrik garmen Meksiko. Dengan kata lain, harga £175 gaun  Kate akan meningkat menjadi £ 178.15, dengan uang tambahan dua kali lipat upah penjahit yang membuatnya. Hal ini terutama penting sebagai terang dari sebuah studi tahun 1999 oleh Biro Nasional Riset Ekonomi yang menemukan bahwa konsumen bersedia membayar 15 persen lebih pada item $ 100 – dan 28 persen lebih pada item $ 10 – apabila itu adalah hasil dari “lingkungan kerja dengan kondisi baik.”

Intinya di sini adalah bahwa perusahaan tidak harus menggunakan tenaga kerja rodi untuk memperoleh keuntungan, seperti pekerja di negara-negara dunia ketiga tidak harus cukup putus asa untuk bekerja di lapangan kerja padat karya . Semua ini adalah alami atau tak terelakkan, meskipun apa yang penggemar lapangan kerja padat karya  ingin kita percayai. Sach dan Krugman, mengambil kesimpulan bahwa kita harus mempromosikan lapangan kerja padat karya  sebagai solusi untuk masalah kemiskinan global. Sangat memalukan bahwa para “imam” yang paling dihargai dalam dunia ekonomi tidak menawarkan apapun di luar dunia lapangan kerja padat karya  atas dasar “kebebasan pasar” dan keunggulan komparatif. Sebuah Ekonomi Baru, Sebuah perubahan pada peraturan perdagangan global dapat menciptakan dunia di mana lapangan kerja padat karya  tidak harus ada. Jika negara-negara berkembang diizinkan untuk menngatur tarif impor untuk melindungi pertanian skala kecil dan menegakkan peraturan ketenagakerjaan untuk memastikan bahwa setiap warga negara bekerja mendapatkan upah layak, konsep lapangan kerja padat karya  akan benar-benar tidak perlu. Tentu saja, jika pekerja yang membuat sepatu, pakaian, dan elektronik bagi konsumen Barat mendapatkan upah yang layak, itu berarti bahwa kita semua akan membayar sedikit lebih untuk barang-barang kami, dan perusahaan mendapat keuntungan yang sedikit berkurang. Tapi redistribusi pendapatan sepanjang garis normal tidak akan menjadi hal yang buruk, terutama mengingat sejarah tingkat ketimpangan sosial yang belum pernah terjadi sebelumnya: Satu persen yang terkaya di dunia, mengontrol populasi 40 persen lain yang kaya di dunia, sedangkan 50 persen terbawah mengontrol hanya satu persen. Kontra-argumen menyatakan bahwa jika kondisi kerja menjadi terlalu manusiawi dan upah yang terlalu layak di setiap negara, perusahaan tentu akan pindah ke negara lebih ramah, memperburuk GDP dan meninggalkan yang miskin dengan kesempatan kerja yang lebih sedikit. Hal ini dapat diselesaikan dengan aturan upah minimum internasional (meletakkan batasan atas dan bawah) dan sistem perdagangan kuota yang ditargetkan saluran investasi asing langsung ke tempat yang diperlukan untuk mengatasi kemiskinan daripada di mana tenaga kerja yang paling dieksploitasi. Selain itu, negara dapat membantu menciptakan lapangan kerja yang baik bagi warga mereka dengan melindungi industri baru lokal dan dengan menerapkan program substitusi impor. Kebijakan tersebut telah dicoba sebelumnya.

Amerika Serikat, Inggris, dan hampir setiap kekuatan ekonomi utama telah dibangun di atas prinsip-prinsip tepat, dan mereka menjadi standar untuk negara-negara berkembang yang muncul dari kolonialisme di tahun 1960-an. Jika dunia yang berkembang ingin mengembalikan kebijakan ini – melihat kembali ke waktu sebelum penyesuaian struktural – mereka akan dapat secara signifikan meningkatkan kerja lokal dan menghasilkan tambahan $ 480 miliar per tahun dalam GDP di atas level saat ini. Tapi reformasi seperti ini akan menghadapi kepentingan negara-negara dan perusahaan yang mengontrol kebijakan perdagangan global untuk keuntungan sendiri. Lapangan kerja padat karya  mungkin memang lebih baik daripada kemiskinan. Tapi bukannya tidak mementingkan masalah kemiskinan, kita harus mempertanyakan proses yang menghasilkan kemiskinan itu – kebijakan yang membuat orang putus asa. Lapangan kerja padat karya  merupakan solusi, mudah tanpa berpikir, dan hanya masuk akal jika kita siap untuk membengkokan aturan dari “efisiensi pasar” dan menerima eksploitasi secara ekonomis rasional. Apa yang kita butuhkan adalah sebuah ekonomi baru, yang bisa berpikir di luar batas-batas ideologi neoliberal dan berusaha untuk membangun dunia yang lebih manusiawi dan demokratis. Pertanyaannya adalah bukan apakah kita memiliki kemampuan untuk melakukan ini, tetapi apakah kita memiliki keberanian.

Foreign Policy In Focus kontributor Jason Hickel meraih gelar doktor dalam antropologi dari University of Virginia dan saat ini seorang fellow di London School of Economics. Penelitiannya berfokus pada perdagangan, pembangunan, dan konflik politik di sub-Sahara Afrika.

Oleh: Tim Sweat

Gee Word

Picture2

1. Languish: A person ‘languishes’ i.e., becomes weak when he/she hopelessly yearns/longs for something. To languish is to yearn for, long for and pine for.
2. Commiserate: A person ‘commiserates’, when he/she has sympathy over the misfortunes and losses of others. To commiserate is to sympathize.
3. Abhor: A person ‘abhors’ when he/she demonstrates deep hatred for anything. She abhors arguments! Means ‘she hates arguments’ (Is that not a personality trait?). To abhor is to hate something intensely.
4. Gormandize: A person is said to ‘gormandize’ when he/she has an unusual appetite. When he/she displays craving for eating and usually lose control while doing so. Did you happen to meet any such person? (( Smiles))
5. Condone: Some people have a forgiving nature. They forgive instantly and keep moving ahead. To condone is to overlook, to ignore, to forgive, and to pardon. Aren’t our Mothers like that?
6. Importune: These are the people that pester, trouble, annoy others. They have repeated demands. To importune is to pester, to annoy
7. Grovel: People who grovel literally beg and cringe at the feet of others. They have a kind of slavish attitude. To grovel is to beg, to plead.
8. Covet: Covet is a high frequency GRE word that shows a person’s irrational craving or desire for anything. To covet is to desire wrongfully, inordinately. Example: To covet another’s property is to desire wrongfully another’s property. Hope you got it right!
9. Malinger: Malinger is a verb that shows the behavior of a person towards work. To malinger is to shirk, avoid work. Usually kids feign illness to escape from the school. Did you visualize any such kid? Many!! Didn’t you?
10. Expiate: Expiate is a high frequency GRE word. Did you watch any movie wherein the villain/hero repents after committing a crime? He eventually repents for what he has done and spends the later part of the life trying to amend for the mistakes he committed. Yes you got it. To expiate is to atone for, amend for one’s crimes! Do you know the story of Anguliman (from the legends of Gautam Buddha) and how he expiates his guilt by becoming a staunch follower of Buddhism? Interesting story, isn’t it?

Jadikan Buah Lemon Itu Minuman yang Manis!

Orang cerdik akan berusaha merubah kerugian menjadi keuntungan.

Sedangkan orang bodoh akan membuat suatu musibah menjadi bertumpuk

dan berlipat ganda.

Ketika Rasulullah s.a.w. diusir dari Makkah, beliau memutuskan untuk

menetap di Madinah dan kemudian berhasil membangunnya menjadi sebuah

negara yang sangat akrab di telinga dan mata sejarah.

Ahmad ibn Hanbal pernah dipenjara dan dihukum dera, tetapi

karenanya pula ia kemudian menjadi imam salah satu madzhab. Ibnu

Taimiyyah pernah di penjara, tetapi justru di penjara itulah ia banyak

melahirkan karya. As-Sarakhsi pernah dikurung di dasar sumur selama

bertahun-tahun, tetapi di tempat itulah ia berhasil mengarang buku

sebanyak dua puluh jilid. Ketika Ibnul-Atsir dipecat dari jabatannya, ia

berhasil menyelesaikan karya besarnya yang berjudul Jami’ul Ushul dan

an-Nihayah, salah satu buku paling terkenal dalam hadits. Demikian halnya

dengan Ibnul-Jawzy, ia pernah diasingkan dari Baghdad, dan karena itu

ia menguasai qiraah sab’ah. Malik ibn ar-Raib adalah penderita suatu

penyakit yang mematikan, namun ia mampu melahirkan syair-syair yang

sangat indah dan tak kalah dengan karya-karya para penyair besar zaman

Abbasiyah. Lalu, ketika semua anak Abi Dzuaib al-Hudzali mati

meninggalkannya seorang diri, ia justru mampu menciptakan nyanyiannyanyian

puitis yang mampu membekam mulut zaman, membuat setiap

pendengarnya tersihir, memaksa sejarah untuk selalu bertepuk tangan

saat mendengarnya kembali.

Begitulah, ketika tertimpa suatu musibah, Anda harus melihat sisi yang

paling terang darinya. Ketika seseorang memberi Anda segelas air lemon,

Anda perlu menambah sesendok gula ke dalamnya. Ketika mendapat hadiah

seekor ular dari orang, ambil saja kulitnya yang mahal dan tinggalkan bagian

tubuhnya yang lain. Ketika disengat kala jengking, ketahuilah bahwa

sengatan itu sebenarnya memberikan kekebalan pada tubuh Anda dari

bahaya bisa ular.

Kendalikan diri Anda dalam berbagai kesulitan yang Anda hadapi!

Dengan begitu, Anda akan dapat mempersembahkan bunga mawar dan

melati yang harum kepada kami. Dan,

{Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu.}

(QS. Al-Baqarah: 216)

Sebelum terjadi revolusi besar di Perancis, konon negara itu pernah

memenjara dua sastrawan terkenalnya. Salah seorang dari keduanya sangat

optimistis dan yang seorang lagi pesimistis bahwa revolusi dan perubahan

akan segera terjadi. Setiap hari keduanya sama-sama melongokkan kepala

melalui sela-sela jeruji penjara. Hanya saja, sang sastrawan yang optimistis

selalu memandang ke atas dan melihat bintang-bintang yang gemerlap di

langit. Dan karena itu ia selalu tersenyum cerah. Adapun sastrawan yang

pesimistis, ia selalu melihat ke arah bawah dan hanya melihat tanah hitam

di depan penjara, dan kemudian menangis sedih.

Begitulah, sebaiknya Anda selalu melihat sisi lain dari kesedihan itu.

Sebab, belum tentu semuanya menyedihkan, pasti ada kebaikan, secercah

harapan, jalan keluar serta pahala.

( La Tahzan : 20 Rewrite I_A )

Masalah Sosial Kemiskinan

Picture1

Kemiskinan memang adalah pekerjaan besar bagi pemerintah kita, tapi pekerjaan itu tidak pernah di prioritaskan untuk mengurangi angka kemiskinan, berbagi cara telah di lakukan tapi malah tidak dapat mengurus permasalahan ini.

Kemiskinan merupakan masalah yang ditandai oleh berbagai hal antara lain rendahnya kualitas hidup penduduk, terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya dan rendahnya mutu layanan kesehatan, gizi anak, dan rendahnya mutu layanan pendidikan. Selama ini berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi kemiskinan melalui penyediaan kebutuhan pangan, layanan kesehatan dan pendidikan, perluasan kesempatan kerja dan sebagainya.

Berbagai upaya tersebut telah berhasil menurunkan jumlah penduduk miskin dari 54,2 juta (40.1%) pada tahun 1976 menjadi 22,5 juta (11.3%) pada tahun 1996. Namun, dengan terjadinya krisis ekonomi sejak Juli 1997 dan berbagai bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami pada Desember 2004 membawa dampak negatif bagi kehidupan masyarakat, yaitu melemahnya kegiatan ekonomi, memburuknya pelayanan kesehatan dan pendidikan, memburuknya kondisi sarana umum sehingga mengakibatkan bertambahnya jumlah penduduk miskin menjadi 47,9 juta (23.4%) pada tahun 1999. Kemudian pada 5 tahun terakhir terlihat penurunan tingkat kemiskinan secara terus menerus dan perlahan-lahan sampai mencapai 36,1 juta (16.7%) di tahun 2004.

Pemecahan masalah kemiskinan memerlukan langkah-langkah dan program yang dirancang secara khusus dan terpadu oleh pemerintah dan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat.

4.1  Faktor Penyebab Kemiskinan

Ternyata kemiskinan itu tidak terjadi begitu saja melainkan memiliki faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kemiskinan. Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya kemiskinan dapat dikategorikan dalam beberapa hal berikut ini :

  1.   Merosotnya standar perkembangan pendapatan per-kapita secara                                                        

       global.

Yang perlu digaris bawahi di sini adalah bahwa standar pendapatan per-kapita bergerak seimbang dengan produktivitas yang ada pada suatu sistem. Jikalau produktivitas berangsur meningkat maka pendapatan per-kapita pun akan naik. Begitu pula sebaliknya, seandainya produktivitas menyusut maka pendapatan per-kapita akan turun beriringan. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi kemerosotan standar perkembangan pendapatan per-kapita:

1)      Naiknya standar perkembangan suatu daerah.

2)      Politik ekonomi yang tidak sehat.

3)      Faktor-faktor luar negeri, diantaranya:

4)      Rusaknya syarat-syarat perdagangan

5)       Beban hutang

6)       Kurangnya bantuan luar negeri, dan Perang

  1.   Menurunnya etos kerja dan produktivitas masyarakat.

Faktor ini sangat penting dalam pengaruhnya terhadap kemiskinan. Oleh karena itu, untuk menaikkan etos kerja dan produktivitas masyarakat harus didukung dengan SDA dan SDM yang bagus, serta jaminan kesehatan dan pendidikan yang bisa dipertanggung jawabkan dengan maksimal

  1.   Biaya kehidupan yang tinggi.

Melonjak tingginya biaya kehidupan di suatu daerah adalah sebagai akibat dari tidak adanya keseimbangan pendapatan atau gaji masyarakat. Tentunya kemiskinan adalah konsekuensi logis dari realita di atas. Hal ini bisa disebabkan oleh karena kurangnya tenaga kerja ahli dan banyaknya pengangguran.

  1. Pembagian subsidi in come pemerintah yang kurang merata.

Hal ini selain menyulitkan akan terpenuhinya kebutuhan pokok dan jaminan keamanan untuk para warga miskin, juga secara tidak langsung mematikan sumber pemasukan warga. Bahkan di sisi lain rakyat miskin masih terbebani oleh pajak negara.

sumber : http://joents.blogspot.com/2012/04/makalah-tentang-kemiskinan.html

Opini saya :

Pemerintah menciptakan lapangan kerja yang mampu menyerap banyak tenaga kerja sehingga mengurangi pengangguran, karena pengangguran adalah salah satu sumber penyebab kemiskinan terbesar di Indonesia. pemerintah juga harus segera menghapus atau menyelesaikan masalah korupsi hingga tuntas. karna korupsi adalah tindakan mencuri uang negara dan membuat terhambatnya pembangunan fasilitas masyarakat.

Saat kesulitan menghimpit, bersabarlah….

Saat kesulitan menghimpit, bersabarlah….

Saat kita menghadapi masalah. Saat kita memerlukan pertolongan, yang kita

bisa lakukan selain shalat adalah bershabar. Memang ada yang lain? Usaha!

Yah usaha, yang sebenarnya usaha adalah bagian dari shabar. Hanya saja

usaha dalam rangka shabar lebih bermakna ketimbang hanya usaha saja yang

bisa saja membuat kita frustasi.

Memang, makna kesabaran bukanlah kita diam, pasrah, dan menyerah. Shabar

bersanding dengan usaha bahkan dalam berbagai ayat kita temukan shabar

sering disandingkan dengan kata jihad. Inilah maknanya buat kita,

Usaha/jihad + shabar = pertolongan Allah SWT

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu

dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada

Allah, supaya kamu beruntung. (QS. Ali ‘Imraan: 200)

Jadi janganlah cepat menyerah. Majulah terus, usahalah terus, sebab jika kita

shabar insya Allah, Allah SWT akan menolong kita karena ini yang

diperintahkan-Nya kepada kita. Kenapa harus takut jika ada jaminan dari Allah?

Kenapa harus ragu jika Allah SWT akan menolong kita? Ini bukan kata saya, ini

ayat Al Quran, yang ditujukan untuk kita semua.

Dengan bershabar, kita akan menjadi lebih semangat dalam menjalani hidup.

Bagaimana tidak, pertolongan Allah SWT sudah di depan mata. Tinggal sejauh

mana kita bisa meraih pertolongan tersebut dengan kesabaran kita.

THE STORY OF THE RABBIT AND THE CROCODILES

Once upon a time, there lived a little rabbit in the island in the middle of a river. He was small but he was very clever. He was thenonly rabbit in that island. One day he wanted to cross the river, but he could not find a bridge anywhere.

“What can I do ?” he said tohimself “ There isn’t any bridge here. How can I cross ?”

And then he saw a big crocodile in the river.

“Ah” He thought, “ Now, I Know what can I do ?” he went up to the Crocodile.

“Good Morning Mr. Crocodile,” He said

“Good morning,” replied the Crocodile.

Then Rabbit asked, “ How many Crocodiles are there in this river ? Do you know ?”

“No, I don’t,” the crocodile answered.

“Haah? You don’t know?” the rabbit said. “ I know exactly how many rabbit there are on this island. Why don’t you know how many crocodiles there are in the river?”

“I’ve never counted them,” answered the crocodile. “ My grandfather never counted them, and my father never counted them, and I have never counted them.”

“Why don’t you count them?” asked the rabbit.

The crocodile answered sadly, “ Because I can’t count.”

Then the abbit asked, “ Do you want to know how many there are?”

“Yes, I do,” said crocodile. “ Can you help me ?’

“Yes, I can,” the rabbit replied, “ But, call all the crocodiles together first”

So the big crocodiles called all crocodiles, and they all came to him. There were big ones and little ones, large ones and small ones, old ones and young ones, long ones and short ones. They all came together. Then the big crocodile said to the rabbit.

“Now, Mr. Rabbit, here we are. Please count us.”

“All right,” said the rabbir, “But first make a line. The I can count you,”

When they were ready, the rabbit cried, “Here I go!” and he jumped from one crocodile to another. He counted while he went across.

“one-two-three-four-five……………………..-twenty five- twenty six- twenty seven and…..”

He jumped onto the last crocodile and called out, “ Twenty nine!”

Then the little rabbit jumped onto the other side of the river, trned around and said, “There are exactly twenty-nine crocodiles in this river. Now you know how many there are. “

The big crocodile was very pleased. He said ”Thank you, Mr. Rabbit, for counting us. Now we know exactly how man crocodiles there are in this river.”

The other crocodiles were pleased too. “ Now we know.” They all said happily.

Then the big crocodile said to the rabbit, “ And now, Mr Rabbit, please tell us how many rabbits there are on this island?”

The rabbit said, “ There aren’t any rabbits on the island. When I was on the island, There was one. I was the only rabbit on the island, so there was exactly one- Me”

When the crocodiles heard this, they all laughed, and the big crocodile said, “ You are very small, Mr Rabbit, and you are very clever. But thank ypu for counting us.”

The little rabbit laughed, too. He said,” And yo are very kind. Thank you for making a bridge for me. You made a beautiful bridge. Thank you very much. Now, don’t forget. There are exactly twenty-nine crocodiles in this river.” And the little rabbit ran away.